sejarah kota jember



VERSI SATU
Pada jaman dulu. Saat pulau Jawa masih lebih banyak hutan belantara dibanding populasi yang ada. Manusia seringkali melakukan perpindahan untuk mencari tempat yang lebih baik. Ini bercerita tentang dua kelompok migrasi.

Kelompok pertama berasal dari suku Jawa. Jawa timur pedalaman. Seperti Kediri, Tulungagung, Trenggalek, Blitar, Bojonegoro, Ponorogo dan sekitarnya. Kelompok migrasi kedua adalah Dari suku Madura. Kedua kelompok tersebut mencari tempat yang lebih baik dari sebelumnya. Keduanya bertemu pada satu titik.

Kelompok pertama dari suku Jawa berkata,”Nang kene ae, lemahe sik jembar”. Artinya, disini saja tanahnya masih luas. Kelompok kedua dari suku Madura juga berujar, “Iyeh, neng dinnak beih, tananah gik jembher”. Artinya, Iya disini saja, tanahnya masih luas. Begitulah awal terjadinya akulturasi. Percampuran kebudayaan.

Seiring dengan berjalannya waktu, kata kata jembar dan jembher berevolusi menjadi seperti yang kita tahu sekarang, JEMBER.

VERSI DUA
Dahulu kala, di tepi pantai selatan Pulau Jawa terdapat kerajaan makmur dan tentram. Rajanya arif dan bijaksana. Segala hasil bumi negerinya dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat. Karena itulah, rakyatnya hidup makmur.Kemakmuran kerajaan itu mengundang decak kagum dari kerajaan-kerajaan lain. Namun, juga mengundang niat jahat sekelompok bajak laut. 

Mereka ingin menaklukan dan menguasai kerajaan itu. Ketika para pengawal kerajaan sedang lengah, kelompok bajak laut menyerang. Menghadapi serbuan mendadak itu, pasukan kerajaan kalang kabut. Raja ikut berjuang langsung untuk mempertahankan kerajaannya. Namun ia lalu gugur dalam serangan itu. Begitu pula dengan putra-putra dan para menterinya.

Para pasukan hanya berhasil menyelamatkan putri Raja yang bernama Putri Jembarsari. Ia lah satu-satunya pewaris kerajaan yang masih selamat. Para pasukan lalu membawa sang putri ke daerah yang aman, jauh dari kerajaan.Kawanan bajak laut bergembira atas kemenangan itu. Kini, kerajaan itu pun dipimpin oleh kepala bajak laut.

Sementara itu, pengawal kerajaan yang membawa lari Putri Jembarsari tiba di tempat tersembunyi. Selama dalam persembunyian, Putri Jembarsari diajarkan berbagai ilmu beladiri. Putri Jembarsari pun dapat dengan mudah menerima berbagai ilmu itu. Kini, Putri Jembarsari tumbuh menjadi gadis yang cantik dan menguasai berbagai ilmu beladiri. 




Iapun lalu diangkat menjadi pemimpin.Di daerah itu Putri Jembarsari dan pasukannya membuka hutan belantara menjadi sebuah perkampungan yang aman. Lama-kelamaan, banyak orang dari luar daerah berdatangan, lalu bermukim disana. Akhirnya, daerah itu menjadi sebuah kerajaan kecil yang dipimpin oleh Putri Jembarsari.

Sementara kerajaan Putri Jembersari semakin besar, tidak demikian halnya dengan kerajaan para bajak laut yang makin terpuruk. Rakyat daerah itu tidak puas dengan pemimpinnya hingga sering terjadi pemberontakan. Dalam pemberontakan yang terakhir, raja bajak laut tewas.Rakyat di kerajaan bajak laut lalu mencari Putri Jembarsari

Mereka meminta Putri Jembarsari mengambil alih kembali kerajaan bajak laut dan meneruskan tahta ayahandanya.

Namun, Putri Jembarsari bingung. Ia berpikir,Aku kan sudah memiliki kerajaan sendiri. Kalau aku menjadi Ratu di kerajaan bajak laut, siapa yang akan memimpin kerajaan ini? “Namun, penasihatnya memberi usul. Kata penasihat kerajaan, lebih baik kedua kerajaan itu digabung saja. Pasti rakyat kedua kerajaan tidak akan keberatan. 

Putri Jembarsari lalu memutuskan‚Baiklah. Itu usul yang baik. Aku setuju untuk menggabungkan dua kerajaan ini.Usul itu pun dilaksanakan. Kini, kerajaan yang dipimpin Putri Jembarsari makin luas. Ternyata, masih saja ada yang iri hati dengan kesuksesan Putri Jembarsari. Ketika mengadakan kunjungan keluar kota, Putri Jembarsari dan pasukannya diserang oleh orang yang iri hati.

Karena tidak siap menghadapi serangan mendadak, Putri Jembarsari gugur. Seluruh rakyat berduka. Untuk mengenang jasanya, nama Putri Jembarsari diabadikan menjadi nama kerajaan itu, yaitu Kerajaan Jembarsari. Lama-kelamaan, nama itu berubah menjadi Jember dan tetap abadi sampai sekarang. Jember terletak di Jawa Timur.

VERSI TIGA
Alkisah ada putri raja Brawijaya bernama Endang Ratnawati. Putri ini cantik jelita hingga membuat para pria ingin berlomba melamarnya. Tapi rupanya sang putri selalu menolak lamaran karena masih belum mau berumah tangga. 

Sang putri lalu berniat menyepi. Sang putri keluar masuk hutan hingga berada di suatu daerah terpencil. Saat putri mandi di sungai Jompo datanglah seorang satria yang menggodanya. 

Hingga akhirnya satria menodai sang putri. Sang putri pun sedih. Dan karena larut dengan kesedihannya sang putri akhirnya mengeluh. 'Jemberjember badanku sudah kotor ternoda'. Lalu ia pun bunuh diri di sungai itu. Mayatnya kemudian ditemukan oleh orang dan dicari lah keluarganya. 

Karena tidak ketemu maka dikuburkanlah sang putri di tepi sungai Bedadung. Raja Brawijaya pun mencari-cari putri nya yang tak kunjung pulang. Hingga akhirnya terdengar kabar kalau sang putri sudah dikuburkan di suatu tempat yang akhirnya di kasih nama Jember (gumaman dari sang putri saat mengeluh).

VERSI EMPAT
Dulu Jember adalah sebuah hutan yang lebat dengan pohon yang sangat besar. sebegitu besarnya pohon tersebut, orang dewasa tidak bisa merangkul dan mempertemukan jemari tangan kiri dan kanannya. Butuh lebih dari satu orang untuk merangkul sebatang pohon. 

Selain hutan dan segala isi di dalamnya, yang ada hanya sungai, gundukan tanah, dan lautan rawa. Jika-pun ada tanah yang terhampar, bisa dipastikan tanah tersebut adalah tanah yang becek. Orang-orang menyebut wilayah ini dengan Jembrek. Bisa diartikan becek dan berlumpur. Kondisi tersebut semakin menjadi-jadi manakala turun hujan. 

Jika turunnya hujan sangat deras, wilayah yang terbentang di kaki Pegunungan Hyang dan tak jauh dari Gunung Raung ini juga rawan banjir. Sungai-sungai akan meluapkan air. Kata Bapak, ini namanya banjir maling.

Seiring berlalunya waktu, pengucapan kata Jembrek berubah menjadi Jember

Sebuah situs blog yang memuat tulisan (hasil wawancara dari seorang jurnalis Suara Soerabaia bernama Tiong Gwan. Dia berhasil membuat tangkapan sesaat mengenai situasi kota Jember tahun 1920. Berikut adalah cuplikannya. "Bila ada toeroen oedjan ketjil sadja, soedah tjoekoep membikin straat Djember berobah mendjadi laoetan loempoer."


VERSI LIMA
Sekali peristiwa, datang seorang tamu bernama Ki Ageng Kedu yang hendak menghadap Sunan Kudus. tamu tersebut mengendarai sebuah tampah. sesampainya di Kudus Ki Ageng Kedu tidak lah langsung menghadap Sunan Kudus, melainkan memamerkan kesaktianya dengan mengendarai tampah serta berputar - putar diangkasa. 

Seketika dilihatnya oleh Sunan Kudus, maka beliau murka sambil mengatakan, bahwa tamu Ki Ageng Kedu ini menyombongkan kesaktianya. Sesudah di sabda oleh beliau, berkat kesaktian Sunan Kudus, tampah yang ditumpangi Ki Ageng Kedu itupun meluncur ke bawah hingga jatuh ke tanah yang becek (bhs. Jawa : ngecember), sehingga tempat tersebut kemudian dinamakan Jember.


VERSI KEENAM

Kabupaten Jember dibentuk berdasarkan Staatsblad Nomor 322 tanggal 9 Agustus 1928 dan sebagai dasar hukum mulai berlaku tanggal 1 Januari 1929. Pemerintah Hindia Belanda telah mengeluarkan ketentuan tentang penataan kembali pemerintah desentralisasi di wilayah Provinsi Jawa Timur, antara lain dengan menunjuk Regenschap Djember sebagai masyarakat kesatuan hukum yang berdiri sendiri. Secara resmi ketentuan tersebut diterbitkan oleh Sekretaris Umum Pemerintah Hindia Belanda (De Aglemeene Secretaris) G.R. Erdbrink, 21 Agustus 1928.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

sejarah kota batu

Sejarah kota malang

Sejarah kota Yogyakarta